Otak kita
dirawat oleh dua sistem peredaran darah. Yakni sistem karotis yang terdapat di
leher bagian depan dan sistem vertebrobasilaris yang terdapat pada leher bagian
belakang.
Karena dua sistem arteri ini, pantas saja hewan kurban masih
bisa lari-lari meski sudah disembelih begitu rupa. Pun, hukuman mati yang
paling menyiksa ya hukum gantung. Demikian juga hukum tembak sampai mati yang
ada di Indonesia. Otak kita belum sepenuhnya rusak pada 3 menit pertama,
karenanya masih bisa merasakan sakit. Maka hukuman mati yang paling efektif ya
hukum pancung karena secara total memotong dua sistem arteri tersebut.
(Baiklah, bicara soal efektivitas hukuman mati tidak kita bahas di sini.)
Dari dua pasang arteri inilah yang
nantinya keluar cabang-cabang yang saling bersambungan. Otak hanya mempunyai
berat 2 % dari berat badan kita, namun sekitar 18 % dari seluruh volume darah
dari sirkulasi badan menuju otak. Darah mengangkut oksigen, makanan dan
substansi lainnya yang diperlukan agar jaringan hidup dengan baik. Kebutuhan
otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus
dipertahankan. Otak menggunakan sekitar 20 % dari keseluruhan oksigen yang
dihirup oleh paru manusia.
Gangguan kesadaran terjadi dalam
kurang dari 15 detik setelah aliran darah ke otak berhenti. Otak kita
benar-benar mengalami kerusakan sempurna yang tidak dapat kembali normal
setelah peredaran terhenti lebih dari 3 menit. Kalaupun seseorang berhasil
diselamatkan dengan resusitasi jantung-paru-otak (RJPO: pijat jantung dan nafas
buatan), bila dia sempat melewati 3 menit itu, maka dia akan menderita cacat di
tubuhnya setelah sadar kembali.
Dua pasang arteri karotis dan dua
pasang arteri vertebralis ini bertemu satu sama lain menjadi Sirkulus Willisi,
yakni rangkaian arteri pada dasar otak yang menjadi sumber utama untuk
cabang-cabang arteri yang lain.
Sederhananya begini. Arteri karotis
yang ada di leher depan kita itu naik ke atas, persis pada bawah tulang rahang
terpecah menjadi dua: arteri karotis eksterna yang mensuplai darah ke bagian
wajah, dan arteri karotis interna yang masuk kepala menuju otak. Sementara di
bagian leher belakang, arteri vertebralis di kiri-kanan tulang belakang bersatu
menjadi arteri basilaris yang berada di tengah-tengah otak kecil. Arteri
basilaris ini terbagi menjadi dua kembali, dan masing-masing bertemu dengan
arteri karotis interna kiri-kanan. Pertemuan ini menghasilkan Sirkulus Willisi.
Dari anyaman ini, kemudian bercabang
tiga arteri utama yang merawat otak besar, pusat berpikir kita. Yakni arteri
cerebri anterior (depan) yang merawat otak bagian depan dan menyisip di
tengah-tengah dua belahan otak kiri-kanan; arteri cerebri media (tengah) yang
merawat otak bagian depan-bawah, samping-dalam, dan belakang; lalu arteri
cerebri posterior (belakang) yang fokusnya merawat otak bagian belakang.
Gangguan kecil saja dari sistem
arteri ini, akan tampak dari pemeriksaan klinis si pasien. Misalnya pada pasien
stroke yang menderita kelumpuhan separuh badan. Karenanya, dari arteri-arteri
tersebut banyak sekali cabang-cabang yang lebih kecil untuk memungkinkan semua bagian
otak terawat.
Gampangnya, sistem karotis
patokannya adalah arteri besar yang bisa kita pegang sekitar tiga jari di kanan
dan kiri tenggorokan (trakhea). Untuk bagian belakang, patokannya adalah tulang
yang menonjol di tengah-tengah pangkal bawah leher (itu adalah ruas tulang
leher ke-7, atau os vertebra cervicalis 7, cukup disebut C-7
saja), maka di kanan-kirinya adalah arteri vertebralis yang merawat otak lewat
belakang kepala.
Komentar
Posting Komentar