Langsung ke konten utama

MRI Safety

Penemuan MRI (Magnetic Resonance imaging)  tidak muncul secara tiba-tiba akan tetapi melalui perkembangan ilmu yang mendukung terwujudnya teknologi MRI. Awalnya disebut NMR (Nucler Magnetic Resonance) yang disebabkan dasar pencitraan bersumber pada pemanfaatan inti atom positif yang beriteraksi dengan gelombang radio dalam medan magnet yang kuat. Namun akibat dampak dari trauma penggunaan energi nuklir dalam bidang militer maka NMR diganti menjadi MRI. MRI merupakan suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.
Saat ini pemeriksaan MRI berkembang sangat pesat karena selain mampu menyajikan informasi diagnostik dengan tingkat akurasi yang tinggi, juga bersifat non-invasive, tidak ada bahaya radiasi serta menyuguhkan gambar-gambar organ dari berbagai irisan (multi planar) tanpa memanipulasi tubuh pasien.
Meskipun tidak ada bahaya radiasi seperti pemeriksaan dengan memanfaatkan radiasi pada pemeriksaan CT-Scan, Radioteraphy, Kedokteran Nuklir dan konvensional. Ruang MRI dapat menjadi tempat yang berbahaya jika tindakan pencegahan tidak dilakukan. Objek logam dapat menjadi proyektil berbahaya jika dimasukkan ke dalam ruang MRI. Misalnya, kertas, pen, kunci, gunting, hemostats, stethoscopes dan benda kecil lainnya dapat dicabut dari kantong dan keluar dari tubuh tanpa peringatan, dan terbang menuju sumber medan magnet (dimana pasien ditempatkan) pada kecepatan sangat tinggi, sehingga akan menjadi ancaman.
Untuk itu keselamatan MRI atau MR safety perlu diketahui  agar kita sebagai pekerja didaerah radiasi dapat bekerja secara optimal dan terhindar dari kecelakaan akibat kerja. 
A.    Tujuan Keselamatan MRI
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja di MRI dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan di MRI.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1.      Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2.  Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. 
3.    Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4.      Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5.      Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6.   Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

b.   Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik dalam pengaturan penerangan.

Magnetic Field Classifications
Medan magnet pada ruang MRI berarti membahas :
1)      Static Field, pastikan ruang  MRI atau pasien yang akan masuk kedalam ruangan  MRI terbebas dari bahan feromagnetik (besi), peralatan elektronik, implant karena akan menyebabkan kerusakan pada alat maupun implan.
2)      Gradient Field,  penggantian medan gradien yang cepat dapat menyebabkan arus dalam  medan konduktor (Faraday’s Law of Induction)
3)      Field Radiofrequency (RF) field, dapat menyebabkan hangat pada jaringan tubuh, aman bagi tubuh dan material biologis. Semakin tinggi energi RF yang digunakan akan meningkatkan pemanasan jariangan tubuh. Banyak faktor yang menbyebabkan decomposite RF diantaranya pengaruh : Flip....- Field strength – Duty cycle. 

A.    Upaya Keselamatan MRI
1.      Pembinaan dan Pengawasan/Keamanan Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan
3)      Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI.
4)   Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan yang ada di ruang MRI.

2.      Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap Petugas MRI
1)    Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan petugas MRI.
2)   Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi, dan pengendalian risiko ergonomic yang ada di ruang MRI.

3.      Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja
1)     Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yg memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
2)  Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala.
3)  Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki lingkungan kerja yang ada di ruang MRI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal Caldwell

v   Proyeksi PA Axial ( Cadwell ) n   Posisi Pasien ·          Pasien diposisikan berdiri, lalu bagian tengah tubuh diatur pada pertengahan kaset dan grid . ·          Tempatkan lengan pasien pada posisi yang nyaman dan atur bahu agar terbaring pada bidang transversal yang sama . n   Posisi Objek ·          Sebelum memposisikan pasien, pasanglah grid vertikal dengan penyudutan 15 o . Arahkan CR horizontal sehingga sudut antara tabung (CR) membentuk sudut 75 o ·          Dengan kepala pasien ekstensi, istirahatkan hidung dan dahi pada grid vertikal, letakkan hidung pada pertengahan kaset ·          Atur garis orbitomeatal tegak lurus dengan bidang film ·          Immobilisasikan kepala ·          Minta pasien untuk tahan nafas pada saat eksposi

THORAX Proyeksi LLD

I.  DASAR TEORI Ukuran film : 35×35 cm Posisi Pasien : Pasien diposisikan lateral recumbent diatas meja pemeriksaan dengan sisi kanan atau kiri dekat dengan meja pemeriksaan namun sisi yang dekat dengan meja pemeriksaan diberi bantalan sebagai ganjalan dan lengan difleksikan dan diletakkan diatas kepala pasien sebagai bantal. Posisi Objek : v  Tempatkan permukaan anterior dan posterior thorax mengikuti kaset vertical v  Atur kaset dan tempatkan salah satu tepinya kira-kira 5 cm diatas bahu v  Sisi lateral tubuh diberi bantal v  Tubuh pasien true lateral dan kedua lutut fleksi untuk menjaga keseimbangan v  MSL garis tengah kaset v  Lindungi gonad v  Instruksikan pasien untuk inspirasi penuh lalu tahan nafas selama Central Ray :  Horizontal tegak lurus film Central Point :  Pada pertengahan sternum, setinggi thoracal ke-7 FFD :  150 cm

Thorax proyeksi LLD/RLD

INDIKASI & TUJUAN PEMERIKSAAN Indikasi pemeriksaan pada Thorax proyeksi LLD/RLD yaitu untuk melihat dan mengetahui struktur dan anatominya. Selain itu untuk melihat adanya klinis yaitu LLD: Pneumonia Thorax kanan dan Pleural Effusion kiri & RLD: Pneumonia Thorax kiri dan Pleural Effusion kanan. III. ALAT DAN BAHAN 1. Pesawat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Kaset dan Film ukuran 30×40 cm. 3. Phantom Thorax (putih). 4. Marker L/R dan labeling. 5. Alat bantu: Gabus, dan aki. 6. Automatic Processing. IV. TEKNIK RADIOGRAFI 1. Menyalahkan peswat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Mengatur faktor eksposi. 3. Masuk keruang pemeriksaan. 4. Meletakkan kaset pada stand kaset. 5. Mengatur lampu kolimator dimana pertengahan lampu kolimator berada pada pertengahan kaset dengan FFD 150 cm, sehingga CR Horizontal tegak lurus. 6. Mengatur posisi phantom yaitu Lateral dengan posisi decubitus dimana bagian post