Langsung ke konten utama

Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA)

Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA)

Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) mempunyai arti , yaitu Percutaneus merupakan  prosedur memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui tusukan kecil di kulit. Transluminal yaitu prosedur yang dilakukan di dalam pembuluh darah. Coronary yaitu pembuluh darah arteri di jantung. Angioplasti yaitu teknik membuka lumen pembuluh darah dengan menggunakan balon. Jadi PTCA adalah suatu prosedur terapi yang menggunakan balon kateter untuk memperbaki aliran darah akibat penyempitan yang salah satu diantaranya adalah stenosis.
Menurut Glenda J. Bryan (1993) dalam buku “Diagnostic Radiography” third edition mengatakan bahwa arteriografi koroner adalah radiografi yang menggambarkan arteri-arteri koroner dengan selektif kateter dan pemasukan kontras media melalui masing-masing arteri
Menurut Philip W. Balinger (2003) dalam buku “Merrils Atlas Of Radiographic Positioning and Radiologic Procedures” eight edition, volume three, mengatakan bahwa angiografi adalah pemeriksaan untuk mengidentifikasi anatomi dan fisiologi dari pembuluh darah.

               Menurut Ugene The Frank , Bruce W. Long dan Barbara J. Smith (2007) dalam buku Merrils Atlas Of Radiographic Positioning and Radiologic Procedures” eleventh edition, volume three , mengatakan koronari angiografi adalah prosedur untuk memperlihatkan anatomi dari pembuluh darah koroner . Informasi yang dapat di peroleh dari pemeriksaan angiografi koroner adalah untuk menentukan lokasi suatu lesi, derajat obstruksi, sirkulasi kolateral , dan hasil gangguan pada aterial distal.

.Menurut Teddy Ontoseno , kateterisasi jantung merupakan jenis pemeriksaan yang sangat penting dalam bidang kardiologi. Kateterisasi jantung adalah pemeriksaan jantung invansif dengan memasukkan kateter khusus yang menembus kulit dan jaringan lunak ke dalam pembuluh darah tepi besar untuk dapat mencapai ruang jantung dan pembuluh darah besar.
         Ada dua tujuan dalam melakukan kateteisasi jantung :
a.          Untuk menegakkan diagnosa , yaitu dengan menganalisis semua data hasil kateterisasi sehingga diperoleh gambaran anatomi dan fisiologi secara pasti.
b.      Untuk melakukan terapi , yaitu kateterisasi intervensi sebagai tindak lanjut penegak diagnosa tersebut.
Menurut Glenda J.Bryan (1993) dalam buku “Diagnostic Radiography” third  edition bahwa, , pemeriksaan pasien sebelum dilakukan arteriografi coroner :
1)   Pasien puasa makan dan minum 4-6 jam sebelum pemeriksaan
2)   Bulu-bulu di daerah yang akan di periksa di cukur
3)   Pengambilan PA dan lateral kiri paru – paru sudah harus di laksanankan pada 24 jam sebelum pemeriksaan
4)   Pasien miksi sebelum pemeriksaan
5)   Premedikasi : diberikan diazepam
6)   Posisi pasien : supine dengan senyaman mungkin
7)   Cara menggunakan kateter : menggunakan metode kateterisasi pada arteri femoralis atau arteri brakhialis
8)   Pengambilan gambar yang rutin dilakukan dalam pemeriksaan arteriografi koroner dengan posisi supine dengan arah sinar RAO dan LAO untuk melihat arteri koronaria kiri dan arah sinar RAO dan LAO dengan penyudutan yang berbeda untuk melihat arteri koronaria kanan , serta posisi lain bila di perlukan. Proyeksi semi axial dengan penyudutan cranial dan caudal biasanya di perlukan. Semua proyeksi diambil dengan bimbingan C-ARM intensifier
9)   Perawatan setelah pemeriksaan
10)     Pasien bed rest selama 24 jam
Suhu tubuh , denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah di   periksa dan di catat setiap 15 menit selama 4 jam pertama. Setelah itu diperiksa lagisetiap 4 jam selama 24 jam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal Caldwell

v   Proyeksi PA Axial ( Cadwell ) n   Posisi Pasien ·          Pasien diposisikan berdiri, lalu bagian tengah tubuh diatur pada pertengahan kaset dan grid . ·          Tempatkan lengan pasien pada posisi yang nyaman dan atur bahu agar terbaring pada bidang transversal yang sama . n   Posisi Objek ·          Sebelum memposisikan pasien, pasanglah grid vertikal dengan penyudutan 15 o . Arahkan CR horizontal sehingga sudut antara tabung (CR) membentuk sudut 75 o ·          Dengan kepala pasien ekstensi, istirahatkan hidung dan dahi pada grid vertikal, letakkan hidung pada pertengahan kaset ·          Atur garis orbitomeatal tegak lurus dengan bidang film ·          Immobilisasikan kepala ·          Minta pasien untuk tahan nafas pada saat eksposi

THORAX Proyeksi LLD

I.  DASAR TEORI Ukuran film : 35×35 cm Posisi Pasien : Pasien diposisikan lateral recumbent diatas meja pemeriksaan dengan sisi kanan atau kiri dekat dengan meja pemeriksaan namun sisi yang dekat dengan meja pemeriksaan diberi bantalan sebagai ganjalan dan lengan difleksikan dan diletakkan diatas kepala pasien sebagai bantal. Posisi Objek : v  Tempatkan permukaan anterior dan posterior thorax mengikuti kaset vertical v  Atur kaset dan tempatkan salah satu tepinya kira-kira 5 cm diatas bahu v  Sisi lateral tubuh diberi bantal v  Tubuh pasien true lateral dan kedua lutut fleksi untuk menjaga keseimbangan v  MSL garis tengah kaset v  Lindungi gonad v  Instruksikan pasien untuk inspirasi penuh lalu tahan nafas selama Central Ray :  Horizontal tegak lurus film Central Point :  Pada pertengahan sternum, setinggi thoracal ke-7 FFD :  150 cm

Thorax proyeksi LLD/RLD

INDIKASI & TUJUAN PEMERIKSAAN Indikasi pemeriksaan pada Thorax proyeksi LLD/RLD yaitu untuk melihat dan mengetahui struktur dan anatominya. Selain itu untuk melihat adanya klinis yaitu LLD: Pneumonia Thorax kanan dan Pleural Effusion kiri & RLD: Pneumonia Thorax kiri dan Pleural Effusion kanan. III. ALAT DAN BAHAN 1. Pesawat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Kaset dan Film ukuran 30×40 cm. 3. Phantom Thorax (putih). 4. Marker L/R dan labeling. 5. Alat bantu: Gabus, dan aki. 6. Automatic Processing. IV. TEKNIK RADIOGRAFI 1. Menyalahkan peswat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Mengatur faktor eksposi. 3. Masuk keruang pemeriksaan. 4. Meletakkan kaset pada stand kaset. 5. Mengatur lampu kolimator dimana pertengahan lampu kolimator berada pada pertengahan kaset dengan FFD 150 cm, sehingga CR Horizontal tegak lurus. 6. Mengatur posisi phantom yaitu Lateral dengan posisi decubitus dimana bagian post