Langsung ke konten utama

Irversion Recovery

Inversion recovery adalah pulsa sequence yang diawali dengan aplikasi pulsa 1800 inversi yang dilanjutkan dengan pulsa 900 eksitasi dan kemudian pulsa 1800 rephasing. Pulsa 1800 inversi dimaksudkan untuk menekan jaringan tertentu (full saturasi). Parameter yang digunakan adalah TR,TE dan TI. Kontras citra bergantung pada panjang pendeknya TI. Jika pulsa 900 eksitasi diaplikasikan setelah Nett Magnetitation Vector (NMV) relaksasi dan kembali ke bidang transversal, kontras citra akan tergantung pada jumlah recovery longitudinal dari setiap vector, sebagai hasilnya adalah pembobotan T1 yang diperberat
Inversion recovery secara konvensional untuk menghasilkan pembobotan T1 yang diperberat (heavy T1 weighted) untuk mendemontrasikan anatomi, dapat memperlihatkan perbedaan antara fat dan air dengan jelas karena adanya saturasi penuh pada vector fat dan air yang telah mencapai awal pengulangan. Penggunaan media kontras akan memperpendek waktu relaksasi T1 pada jaringan tertentu. Sequence inversion recovery meningkatkan sinyal pada jaringan yang mengalami perubahan media kontras sehingga perubahan media kontras dapat lebih jelas terlihat. Sequence inversion recovery sekarang digunakan secara lebih luas bersamaan dengan sequence FSE untuk menghasilkan citra pembobotan T2. Bila Inversion Recovery (IR) digunakan untuk menghasilkan citra pembobotan T1 yang diperberat (heavy T1 weighted), TE (Time Echo) mengendalikan besar penurunan T2 (T2 decay) sehingga biasanya dibuat tetap pendek untuk meminimalkan efek T2. Namun, dapat juga diperpanjang agar jaringan yang mempunyai T2 panjang menjadi tampak terang (hiperintens). Hal ini disebut dengan pembobotan patologi yang secara predominan adalah perubahan T1, tetapi pada jaringan yang patologis tampak terang. TI (time invertion) merupakan pengontrol kontras pada sequence inversion recovery.


Medium TI akan menghasilkan pembobotan T1, tetapi bila diperpanjang akan menghasilkan citra lebih kearah proton density (proton density weighted). Sementara TR harus selalu cukup panjang agar tercapai recovery penuh masing-masing jaringan sebelum pulsa inverse berikutnya. Untuk itu, TR harus lebih panjang dari 2000 ms. Hal ini akanmenyebabkan waktu scanning relative panjang. Untuk mengatasi hal tersebut saat ini dapat digunakan inversion recovery fast spin echo dengan mengaplikasikan pulsa 1800 inverse, setelah itu diikuti dengan aplikasi pulsa 900 eksitasi rangkaian pulsa 1800 rephasing sehingga akan memperpendek waktu scan.
    Aplikasi :
·         Untuk pemeriksaan abdomen, chest, and MRA

·         Pembuluh darah tampak hiperintens

1.      Short Tau Invertion Recovery (STIR)
STIR adalah sequence IR dengan menggunakan nilai TI lemah yang akan menyebabkan fat mengalami recovery dari inverse penuh ke bidang transversal sehingga tidak terjadi magnetisasi longitudinal fat. Pada saat diaplikasikan pulsa 900 eksitasi, vector jaringan fat akan berubah arah penyudutan dari 900 ke 1800 dan ke arah full saturasi sehingga sinyal jaringan fat menjadi nol. STIR digunakan untuk mensupresi sinyal jaringan fat pada pembobotan T1.
2.      Fluid Attenuated Inversion Recovery (FLAIR)
FLAIR merupakan salah satu variasi sequence inversion recovery yang menulkan sinyal CSF (cerebro spinal fluid) dengan memilih TI yang sesuai dengan waktu recovery CSF dari pulsa 1800 ke arah bidang transversal sehingga tidak terjadi magnetisasi longitudinal pada CSF. Ketika diaplikasikan pulsa 900 eksitasi, vector CSF disudutkan melewati 900 sampai mencapai saturasi penuh kembali sehingga CSF menjadi nol. FLAIR digunakan untuk menekan sinyal CSF pada pembobotan T2 dan proton density sehigga kelainan-kelainan patologis dapat tervisualisasi lebih jelas. TI yang digunakan ± 1700-2200 ms.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal Caldwell

v   Proyeksi PA Axial ( Cadwell ) n   Posisi Pasien ·          Pasien diposisikan berdiri, lalu bagian tengah tubuh diatur pada pertengahan kaset dan grid . ·          Tempatkan lengan pasien pada posisi yang nyaman dan atur bahu agar terbaring pada bidang transversal yang sama . n   Posisi Objek ·          Sebelum memposisikan pasien, pasanglah grid vertikal dengan penyudutan 15 o . Arahkan CR horizontal sehingga sudut antara tabung (CR) membentuk sudut 75 o ·          Dengan kepala pasien ekstensi, istirahatkan hidung dan dahi pada grid vertikal, letakkan hidung pada pertengahan kaset ·          Atur garis orbitomeatal tegak lurus dengan bidang film ·          Immobilisasikan kepala ·          Minta pasien untuk tahan nafas pada saat eksposi

THORAX Proyeksi LLD

I.  DASAR TEORI Ukuran film : 35×35 cm Posisi Pasien : Pasien diposisikan lateral recumbent diatas meja pemeriksaan dengan sisi kanan atau kiri dekat dengan meja pemeriksaan namun sisi yang dekat dengan meja pemeriksaan diberi bantalan sebagai ganjalan dan lengan difleksikan dan diletakkan diatas kepala pasien sebagai bantal. Posisi Objek : v  Tempatkan permukaan anterior dan posterior thorax mengikuti kaset vertical v  Atur kaset dan tempatkan salah satu tepinya kira-kira 5 cm diatas bahu v  Sisi lateral tubuh diberi bantal v  Tubuh pasien true lateral dan kedua lutut fleksi untuk menjaga keseimbangan v  MSL garis tengah kaset v  Lindungi gonad v  Instruksikan pasien untuk inspirasi penuh lalu tahan nafas selama Central Ray :  Horizontal tegak lurus film Central Point :  Pada pertengahan sternum, setinggi thoracal ke-7 FFD :  150 cm

Thorax proyeksi LLD/RLD

INDIKASI & TUJUAN PEMERIKSAAN Indikasi pemeriksaan pada Thorax proyeksi LLD/RLD yaitu untuk melihat dan mengetahui struktur dan anatominya. Selain itu untuk melihat adanya klinis yaitu LLD: Pneumonia Thorax kanan dan Pleural Effusion kiri & RLD: Pneumonia Thorax kiri dan Pleural Effusion kanan. III. ALAT DAN BAHAN 1. Pesawat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Kaset dan Film ukuran 30×40 cm. 3. Phantom Thorax (putih). 4. Marker L/R dan labeling. 5. Alat bantu: Gabus, dan aki. 6. Automatic Processing. IV. TEKNIK RADIOGRAFI 1. Menyalahkan peswat Radiologia kapasitas 250 mA. 2. Mengatur faktor eksposi. 3. Masuk keruang pemeriksaan. 4. Meletakkan kaset pada stand kaset. 5. Mengatur lampu kolimator dimana pertengahan lampu kolimator berada pada pertengahan kaset dengan FFD 150 cm, sehingga CR Horizontal tegak lurus. 6. Mengatur posisi phantom yaitu Lateral dengan posisi decubitus dimana bagian post